Jagat maya akhir-akhir ini dihebohkan dengan segenap tingkah laku warganet yang berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa pandemi. Beberapa warganet menyebarkan status dan foto yang berisi ulasan mereka setelah mendatangi dukun dan tempat pesugihan. Hal ini muncul setelah viral berita penimbunan masker sebelum terjadi pandemi. Penimbunan ini terjadi dikarenakan oknum mendapat usulan dari dukun untuk menjadikan oknum kaya. Lain halnya dengan kasus ini, netizen menyebutkan dalam ulasannya bahwa bisnisnya yang mengalami penurunan drastis dan hampir menyentuh kebangkrutan di masa pandemi dapat kembali pulih dan untung kembali setelah menggunakan penglaris dari dukun tersebut. Netizen juga menyebutkan konsultasi dengan dukun tersebut cukup murah karena klien hanya perlu memenuhi persyaratan sesajen untuk ritualnya. Hal ini tentu menuai pro dan kontra dikalangan masyarakat. Sebagian mempercayai dan memiliki keinginan untuk berkonsultasi dengan dukun. Sementara itu, sebagian yang lain menganggap hal itu hanya berita palsu yang merupakan strategi penipuan yang dilakukan sebagian oknum penjahat dunia maya.
Masyarakat meyakini bahwa kemampuan dukun sesungguhnya adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan makhluk halus seperti bangsa jin. Dukun memperoleh informasi mengenai masa depan yang berkaitan dengan masalah klien seperti perkembangan bisnis dan juga solusi untuk sukses di masa depan. Hal ini tentu tidak dilakukan secara cuma-Cuma. Untuk mendapatkan informasi tersebut, dukun perlu menyiapkan beberapa sesajen sebagai prasyarat ritual yang harus dipenuhi oleh klien. Dalam perjalananya, klien juga diminta untuk memenuhi syarat tambahan setiap bulan atau waktu tertentu. Masyarakat biasa menyebutnya tumbal atau pengorbanan. Tumbal bisa berupa ayam, rambut, darah, dan barang lainnya tergantung permintaan dukun.
Viral ilmu perdukunan dan penglaris bisnis di media sosial menjadi indikasi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan bisnis sedang dilanda kesulitan besar di masa pandemi ini. Pasalnya, ditengah medan bisnis yang masih dinamis dan banyak masalah konvensional belum tertangani, pandemi muncul dan semakin memperkeruh kondisi tersebut. Masalah konvensional yang ada sebelum hadirnya pandemi adalah sebagai berikut.
Masalah konvensional UMKM
-
Masalah pola pikir pelaku UMKM
Pola pikir pelaku UMKM di Indonesia masih belum bisa dikatakan baik. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan pelaku UMKM masih menggunakan pola pikir yang hanya berorientasi pada keuntungan/profit dan menjalankan pratik bisnis yang konvesional. Padahal di era teknologi ini, kunci agar suatu UMKM dapat bertahan dan berkembang dalam berbagai situasi adalah pola pikir strategis dalam mengelola risiko, menciptakan inovasi, menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, serta melakukan kolaborasi yang berjalan berdampingan dengan orientasi keuntungan/profit. Ketika pola pikir ini tidak seimbang, UMKM akan sulit untuk beradaptasi di pasar yang dinamis. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan dan permasalahan UMKM lainnya.
-
Minim tempat kolaborasi dan diskusi Dalam proses bertahan dan berkembang di ekosistem pasar yang dinamis.
UMKM pasti mengalami suatu tantangan dan masalah. Pada suatu titik, UMKM pasti mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan yang tepat untuk menghadapi tantangan dan masalah tersebut. Kebanyakan UMKM pada akhirnya memilih untuk menyelesaikannya secara mandiri dengan keterbatasan kemampuan sehingga implementasi solusi menjadi kurang efektif dan UMKM akan tertinggal seiring tren pasar yang berubah secara dinamis. Ketika ketertinggalan tersebut terus berlanjut, ekosistem pasar secara otomatis akan mengeliminasi UMKM yang tidak bisa 4 beradaptasi. Hal ini merupakan akibat dari tempat kolaborasi dan diskusi antar pelaku UMKM yang bertujuan sama masih sangat minim.
-
Pengetahuan pelaku UMKM yang lemah dalam merencanakan strategi bisnis
Tidak semua pelaku UMKM memiliki kompetensi dan pemahaman yang baik mengenai dunia bisnis. Banyak pelaku UMKM yang terjun ke dalam dunia bisnis hanya bermodalkan tekad ingin meraup keuntungan tanpa adanya latar belakang di bidang bisnis. Hal ini disebabkan tuntutan mereka untuk bertahan hidup.
-
Kurangnya informasi dan riset pasar para pelaku UMKM mengenai tren kebutuhan pasar dan competitor
Banyak pelaku UMKM masih keliru dalam mengambil keputusankeputusan yang krusial bagi keberlangsungan UMKM tersebut ke depannya. Masalah ini didasari oleh para pelaku UMKM yang kurang menggali informasi dan melakukan riset mengenai tren pasar dan kompetitor. Kekurangan informasi dan riset pasar menyebabkan UMKM tergelincir ke dalam jurang-jurang kegagalan, seperti kelebihan produksi produk, minimnya pelanggan suatu produk karena banyak kompetitor yang menjual produk serupa.
-
Ketidakmampuan pelaku UMKM dalam memprediksi masalah keuangan.
Masalah yang juga masih melekat pada UMKM di Indonesia saat ini adalah masalah prediksi keuangan. Masalah keuangan dalam konteks ini adalah pendapatan dan pengeluaran aktivitas bisnis yang tidak ditinjau dengan benar. Hal ini disebabkan pelaku UMKM tidak mampu menganalisis prediksi jumlah produksi barang dengan baik. Akibatnya, biaya untuk produksi terus mengalir tanpa adanya perhatian terhadap kuantitas permintaan pasar dan optimasi biaya. Selain itu, total pendapatan UMKM sering dianggap uang pribadi sehingga pendapatan tersebut tidak disisihkan untuk mengembangkan UMKM. Hal ini berdampak pada UMKM yang tidak berkembang dan akhirnya tidak bisa menjangkau pasar lebih luas lagi.
Kegagalan pelaku UMKM dalam menghadapi tantangan tersebut berimbas pada penurunan penjualan produk UMKM, baik melalui platform digital maupun secara langsung. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI) pada tanggal 13 April 2020, Covid-19 menyebabkan 36,7% pelaku UMKM tidak memperoleh penjualan, sedangkan 26%-nya mengalami penurunan penjualan lebih dari 60%. Pada tanggal 26 Juni 2020, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki, juga menyebutkan tingkat keberhasilan penjualan produk UMKM di platform digital hanya berkisar 4%−10%. Hal ini disebabkan kehadiran pandemi memaksa UMKM untuk beralih ke dunia digital secepat mungkin di tengah keruhnya masalah konvensional tersebut. Kegagalan ini merupakan satu dari banyaknya kegagalan lain, seperti jumlah utang yang membengkak, arus kas operasional tidak lancar, dan yang paling parah adalah kebangkrutan beberapa UMKM.
Baca juga: Urgensi Transformasi Digital dalam Bisnis
Lantas apakah masyarakat memang harus beralih menggunakan jasa dukun untuk membalikkan keadaan UMKM? Apakah mereka harus menanggung resiko tumbal dan pengorbanan dengan resiko yang tinggi? Apakah tidak ada alternatif lain untuk menyelamatkan UMKM Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu adanya suatu inovasi yang dapat memprediksi masa depan dan membantu UMKM dalam mengambil suatu kebijakan strategis.
Aplikasi Cerdas
Aplikasi cerdas bernama UJANG (UMKM Jadi Pemenang) adalah solusi praktis yang mengadaptasi konsep ilmu perdukunan ke platform digital. Bukan memasarkan dukun melalui platform online, melainkan menggunakan konsep prediksi masa depan dengan pertimbangan berbagai faktor dan data yang ada untuk menghasilkan data prediksi yang akurat. Aplikasi ini dirancang dengan dukungan beberapa fitur berupa Robo Advisory dan fitur tambahan lainnya.
Robo Advisory adalah sebuah sistem kecerdasan buatan yang dapat membantu para UMKM untuk memprediksi keuangan serta tren pasar yang akan terjadi di masa yang akan datang. Terdapat tiga fitur yang terdapat pada sistem ini yang saling berkaitan, yaitu fitur prediksi jumlah penjualan yang optimal, fitur prediksi pendapatan dan pengeluaran, serta fitur prediksi tren pasar. Fitur ini diharapkan dapat membantu UMKM dalam memprediksi keuangan mereka.
Robo Advisory ini membutuhkan data untuk dapat beroperasi. Data-data yang diperlukan adalah data time series penjualan berbagai produk di satu daerah, data time series penjualan UMKM yang akan dianalisis, serta data harga penjualan serta modal dari produk di satu UMKM. Data time series penjualan akan digunakan untuk memprediksi tren pasar ke depannya. Data penjualan UMKM akan digunakan untuk memprediksi jumlah penjualan. Data harga penjualan digunakan untuk memprediksi pendapatan dan pengeluaran. Data-data ini dapat diperoleh dengan melakukan kerja sama dengan UMKM, persatuan UMKM di satu daerah, dan pemerintah
Selain dari Robo Advisory, aplikasi ini dapat dikembangkan dengan menambah fitur-fitur lainnya yang dapat membantu memajukan UMKM. Fitur-fitur tersebut, antara lain fitur perantara UMKM dengan konsultan bisnis, fitur forum diskusi, dan fitur chat. Fitur tambahan pertama adalah fitur perantara antara UMKM dengan konsultan bisnis yang tepat. Melalui fitur ini, diharapkan UMKM dapat bertemu konsultan bisnis yang tepat untuk membantu pengembangan bisnisnya. Fitur tambahan kedua adalah fitur forum diskusi sesuai bidang UMKM tersebut. Dalam hal ini, UMKM dapat saling berdiskusi guna menyelesaikan permasalahannya. Fitur tambahan ketiga adalah fitur chat. Melalui fitur ini, UMKM dapat berkolaborasi dengan UMKM lain secara personal dalam mengembangkan bisnis.
Baca juga: Sering Dengar Istilah IKM dan UKM?
Sasaran utama pengguna Robo Advisory adalah UMKM di Indonesia. Dengan adanya Robo Advisory ini ditargetkan UMKM dapat terbantu dalam memprediksi tren pasar di suatu daerah. Dari tren pasar ini, UMKM dapat memprediksi jumlah produksi ke depannya sehingga dapat memaksimalkan profit dan meminimalisir pengeluaran. Maka dari itu, UMKM memiliki kesiapan yang matang dalam menghadapi dunia bisnis serta mampu merencanakan strategi yang tepat dalam keberlanjutan produksi UMKM ke depannya.
Tulisan ini dibuat oleh Daffa Raditya Farandi dalam Kompetisi Menulis Artikel Oleh Biztech