Search
Close this search box.
7 Cara Meminimalkan Downtime Layanan TI dengan IT Service Continuity
Insight

7 Cara Meminimalkan Downtime Layanan TI dengan IT Service Continuity

5/5 - (1 vote)

Downtime layanan TI merupakan masa ketika pengguna tidak bisa menikmati fungsi dari sistem, aplikasi, atau layanan teknologi informasi, karena tidak berfungsi ataupun tidak tersedia. Banyak hal yang menyebabkan hal itu seperti gangguan teknis, kegagalan perangkat keras, serangan siber, atau pemeliharaan sistem. 

Sehingga dampak buruk dari hal tersebut dapat mengakibatkan terhentinya operasional bisnis, penurunan produktivitas, dan berpotensi menyebabkan kerugian finansial serta reputasi bagi perusahaan. Untuk itu meminimalkan downtime layanan TI sangat penting untuk dilakukan, agar perusahaan tidak mengalami kerugian, bahkan sampai dalam waktu yang panjang. Tentu hal tersebut tidak diinginkan oleh berbagai pihak.

Untuk itu perlu kerja sama dalam mendukung tindakan untuk meminimalkan downtime layanan TI. Salah satu caranya dengan strategi IT service continuity. IT service continuity adalah cara atau langkah-langkah dalam memastikan kelancaran dan ketersediaan layanan TI dalam menghadapi gangguan atau bencana. Hal ini mencakup perencanaan, implementasi, serta pengujian langkah-langkah yang dirancang untuk menjaga agar operasional TI tetap berjalan sebagaimana mestinya. 

IT service continuity melibatkan identifikasi risiko, pengembangan rencana pemulihan, serta langkah-langkah proaktif untuk mengurangi dampak dari potensi gangguan terhadap layanan TI. Dengan demikian, organisasi dapat tetap beroperasi bahkan dalam situasi darurat.

Untuk itu di dalam artikel ini akan disajikan tulisan mengenai 7 Cara meminimalkan downtime menggunakan IT service continuity. Dengan harapan bisa memberikan hal positif termasuk dalam menambah wawasan sehari-hari melalui bacaan seputar teknologi. 

7 Cara Meminimalkan Downtime Layanan TI

1. Backup dan Disaster Recovery 

Backup adalah metode teknik untuk mengkopi dokumen atau data dari komputer ke tempat penyimpanan lain. Sehingga ketika komputer rusak atau ada gangguan lain, maka kami bisa menyelamatkan atau merestorasi dokumen atau data dari titik backup berakhir. 

Biasanya untuk melangsungkan proses restorasi data dari backup, kamu bisa melakukan berbagai hal diantaranya penggantian fisik dari perangkat keras, menginstal ulang OS dan aplikasi, memuat ulang data kembali, dan dikonfigurasikan kembali sistem tertentu

Namun, perlu diketahui proses restorasi data backup cukup memakan waktu. Kamu bisa memerlukan waktu dark satu hari hingga satu minggu. Sementara, untuk DR memang prosesnya hampir sama dengan file backup, namun tidak termasuk pada individu file atau data saja. DR juga termasuk OS dan aplikasi yang di backup.

Melalui DR kamu bisa menikmati berbagai keuntungan, yakni dapat melakukan restorasi di perangkat keras berbeda. Kemudian, bisa restorasi di dalam lingkungan virtual, cloud, serta proses restorasi sangat cepat dan hampir instan. Untuk itu kamu perlu mengingat kembali backup untuk dokumen atau data, sementara DR lebih kepada sistem.

Baca juga : 7 Tools Gratis untuk Audit Keamanan Jaringan Secara Rutin

2. Load Balancing

Load balance menjadi metode untuk membagi beban suatu server ke dalam dua atau lebih agar server seimbang , dan tidak memiliki kelebihan beban saat menerima permintaan dari user atau klien. 

Hal ini dipergunakan untuk mengoptimalkan sebuah server agar tidak overload atau kelebihan beban. Biasanya load balance digunakan pada server yang memiliki jumlah user atau client yang melebihi kapasitas maksimum dari jumlah request yang data menangani server.

Baca juga : Pentingnya Offensive Security dalam Vulnerability Assessment & Penetration Testing

3. Clustering

Clustering menjadi pengelompokan atau penggabungan beberapa sumber daya komputasi atau server untuk bekerja bersama-sama sebagai satu entitas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja, ketersediaan, dan skalabilitas sistem.

Dalam konteks basis data, clustering juga dapat merujuk pada teknik mengelompokkan data berdasarkan kemiripan karakteristik tertentu, sehingga data yang serupa ditempatkan dalam kelompok yang sama. Pentingnya clustering tergantung pada konteks penggunaannya, apakah dalam pengelolaan sumber daya komputasi atau analisis data.

Baca juga : Keamanan Data dan Vulnerability Assessment: Bagaimana Menghindari Pelanggaran Data dan Akses Tidak Sah

4, Business Continuity Planning

Business Continuity Planning adalah cara dalam meminimalkan downtime layanan TI. Hal ini dilakukan dengan menerapkan IT service continuity. Proses yang dilalui berdasarkan proses perencanaan yang dirancang untuk memastikan bahwa suatu organisasi dapat menjalankan operasinya secara terus-menerus, terutama saat menghadapi gangguan atau bencana. 

Selain itu, perlu digarisbawahi Business Continuity Planning mencakup identifikasi risiko, pengembangan rencana darurat, serta langkah-langkah untuk memulihkan operasional bisnis setelah terjadinya insiden.

Adapun langkah-langkahnya dalam melibatkan Business Continuity Planning adalah mengenai fungsi-fungsi kritis organisasi, penilaian dampak potensial dari gangguan, pengembangan strategi pemulihan, dan pelaksanaan tes rutin untuk memastikan efektivitas rencana tersebut. Tujuan Business Continuity Planning adalah untuk meminimalkan dampak terhadap bisnis dan memungkinkan organisasi untuk tetap beroperasi sesuai dengan kebutuhan, bahkan dalam situasi darurat atau krisis.

5. IT Service Management 

IT Service Management termasuk pada pendekatan atau kerangka kerja yang digunakan oleh organisasi untuk merencanakan, merancang, mengimplementasikan, mengoperasikan, dan mengelola layanan TI yang efektif dan efisien. Sehingga lebih berfokus pada memberikan nilai bisnis melalui penyediaan layanan TI yang berkualitas.

Kerangka kerja ITSM melibatkan pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan, perencanaan dan penyelenggaraan proses, serta pengukuran kinerja layanan TI. ITSM sering kali menerapkan standar dan praktik-praktik terkenal Information Technology Infrastructure Library untuk membantu organisasi dalam mengoptimalkan layanan. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas layanan, meningkatkan efisiensi operasional, dan memberikan nilai yang maksimal bagi organisasi dan pelanggan.

Baca juga : 9 Keuntungan Utama Data Center Terintegrasi Berbasis Cloud

6. Monitoring Infrastruktur TI

Monitoring infrastruktur TI bekerja dengan melibatkan pengawasan dan pemantauan kesehatan serta kinerja perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan dalam suatu lingkungan TI. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi potensi masalah, menghindari downtime, dan memastikan ketersediaan serta kinerja optimal.

Maka melaluinya, organisasi dapat merespons lebih cepat terhadap masalah, mencegah gangguan, dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

Sebab, pada operasionalnya alat monitoring dapat melibatkan pengukuran seperti penggunaan CPU, penggunaan memori, trafik jaringan, dan sejumlah parameter lainnya. Pemantauan juga dapat melibatkan deteksi awal terhadap ancaman keamanan dan potensi kegagalan sistem.

Baca juga : Peran Security Operations Center dalam Prediksi dan Tanggap Ancaman Siber

7. Perawatan dan Review Berkala

Perawatan dan review berkala sangat penting dalam menjaga kesehatan dan kinerja sistem TI. Tentu hal tersebut melibatkan serangkaian tindakan rutin untuk memastikan bahwa perangkat keras, perangkat lunak, dan proses operasional tetap optimal. Beberapa aspek perawatan dan review berkala meliputi:

Pertama: pemeliharaan perangkat keras, pembaruan perangkat lunak. Kedua; melakukan pembaruan rutin untuk sistem operasi, aplikasi, dan keamanan untuk menjaga keandalan dan melindungi sistem dari kerentanan yang dapat dieksploitasi. Ketiga; melakukan uji simulasi untuk memastikan bahwa rencana pemulihan bencana dan backup berfungsi dengan baik jika diperlukan. Kelima: memantau kinerja sistem, aplikasi, dan jaringan untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah sebelum menyebabkan dampak yang signifikan.

Baca juga : 5 Alasan Utama Managed Security Services Dibutuhkan Organisasi

Downtime layanan TI merupakan masa ketika pengguna tidak bisa menikmati fungsi dari sistem, aplikasi, atau layanan teknologi informasi. Sementara untuk meminimalkan kerugian yang bakal menimpa perusahaan bisa dengan menerapkan 7 cara meminimalkan downtime menggunakan IT service continuity. 

Melalui 7 cara meminimalkan downtime menggunakan IT service continuity diharapkan perusahaan atau organisasi tidak mengalami kerugian atau meminimalkan kerugian. Karena walau bagaimanapun lebih baik mencegah, daripada telah terlanjur. 

 

Optimalkan bisnis Anda dengan keunggulan teknologi melalui layanan unggulan kami dalam Program Manage Services. Tingkatkan efisiensi, keamanan, dan kinerja operasional Anda sekarang!

 

Referensi

https://www.youtube.com/watch?v=P4TJG4CmxIc

https://www.youtube.com/watch?v=Ei8GXt0IgQs

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Admin Biztech